Dalam Artikel Ini:
TogglePalilalia Pada Lansia, Bagaimana Cara Terbaik Penanganannya?
Palilalia sering sekali terjadi ketika berbicara tentang gangguan bicara pada lansia. Namun, beberapa orang hanya mengenal gangguan seperti afasia atau disartria yang umum terjadi akibat stroke atau penyakit degeneratif.
Gangguan ini kurang populer tetapi bisa mempengaruhi kemampuan bicara lansia secara signifikan. Kondisi ini ditandai dengan pengulangan kata atau frasa yang baru saja diucapkan, yang terjadi tanpa disadari dan sulit dikontrol.
Palilalia pada lansia, bukan sekadar hambatan dalam komunikasi, tetapi juga bisa menjadi indikasi dari gangguan neurologis yang lebih kompleks.
Apa Itu Palilalia pada Lansia?
Sebagai gangguan bicara yang menyebabkan seseorang mengulang kata atau frasa yang baru saja diucapkan tanpa adanya tujuan atau makna tertentu. Pengulangan ini bisa terjadi satu atau dua kali, tetapi pada kasus yang lebih parah.
Pengulangan dapat terjadi berulang kali dan semakin cepat hingga kata-kata tersebut terdengar tidak jelas. Meski dapat terjadi pada segala usia, kondisi ini lebih sering ditemukan pada lansia yang mengalami perubahan kognitif atau penyakit neurodegeneratif.
Gejala pada lansia dapat bervariasi. Beberapa mungkin hanya mengalami pengulangan kata sesekali, sedangkan yang lain dapat mengalaminya hampir setiap kali berbicara. Misalnya, seorang lansia mungkin berkata, “Saya ingin makan… makan… makan,” di mana kata makan diulang beberapa kali tanpa disengaja.
Pengulangan ini tidak disertai dengan perubahan emosi atau maksud tertentu, tetapi lebih sebagai respons spontan yang terjadi akibat sinyal saraf yang tidak normal di otak.
Baca juga tentang : Pengertian Palilalia, Penyebab dan Cara Mengatasinya
Penyebab Umum Palilalia Pada Lansia
Pada lansia sering kali merupakan tanda dari gangguan kesehatan yang lebih mendalam. Berikut adalah beberapa penyebab utama yang dapat memicu terjadinya pada kelompok usia lanjut.
1. Penyakit Parkinson
Salah satu penyebab utama palilalia pada lansia adalah penyakit parkinson. Penyakit ini terjadi akibat kerusakan pada neuron di otak yang memproduksi dopamin, neurotransmitter yang berperan penting dalam mengatur gerakan dan kontrol bicara.
Pada penderita parkinson, sel-sel otak yang mengatur gerakan otot halus, termasuk otot bicara, tidak bekerja dengan baik, sehingga menyebabkan pengulangan kata yang tidak disengaja.
2. Penyakit Alzheimer dan Demensia
Lansia yang menderita penyakit alzheimer atau jenis demensia lainnya juga dapat mengalaminya. Pada kasus ini, kerusakan pada area otak yang mengatur fungsi kognitif dan memori dapat menyebabkan ketidakmampuan dalam mengontrol pola bicara.
Otak kesulitan untuk menghasilkan respons verbal yang tepat, sehingga penderita mungkin mengulang kata-kata atau frasa yang sama berulang kali tanpa menyadarinya. Pengulangan ini sering kali terjadi bersamaan dengan kebingungan, disorientasi, dan gangguan memori.
3. Sindrom Tourette pada Lansia
Meski sindrom tourette lebih sering muncul pada usia muda, beberapa kasus menunjukkan bahwa gejalanya dapat bertahan hingga usia lanjut, terutama jika tidak ditangani dengan baik.
Lansia dengan sindrom tourette dapat mengalaminya sebagai bagian dari gangguan tics vokal. Selain pengulangan kata, mungkin juga mengeluarkan suara-suara tertentu atau melakukan gerakan tubuh yang berulang.
4. Cedera Otak atau Stroke
Lansia yang pernah mengalami cedera otak atau stroke rentan mengalami ini. Cedera pada area otak yang mengontrol bicara, seperti lobus frontal atau ganglia basal, dapat mengakibatkan kesulitan dalam mengatur aliran bicara.
Pada kasus ini, pengulangan kata bisa muncul sebagai respons dari otak yang tidak mampu menyusun kata-kata baru dengan cepat atau tidak dapat mengontrol sinyal motorik yang mengatur otot bicara.
5. Penyakit Huntington
Penyakit huntington adalah gangguan neurodegeneratif yang menyebabkan kematian sel-sel otak secara progresif. Penderita penyakit ini sering kali mengalami perubahan dalam gerakan, kognisi, dan fungsi bicara.
Pada lansia, penyakit ini dapat memicu sebagai salah satu gejala awal atau bahkan gejala yang muncul pada tahap lanjut, ketika kontrol motorik dan kognitif sudah sangat terganggu.
Dampak dan Penanganan Palilalia Bisa dengan Terapi Wicara
Palilalia dapat memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup lansia. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif yang pada akhirnya dapat menyebabkan isolasi sosial.
Melihat orang yang dicintai mengalami kesulitan bicara tentu merupakan hal yang tidak mudah, dan sering kali keluarga merasa tidak tahu harus bagaimana untuk membantu.
Penanganan palilalia pada lansia memerlukan pendekatan yang komprehensif, yang melibatkan terapi bicara, perawatan medis, serta dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial.
Terapi wicara merupakan salah satu metode utama untuk membantu penderita. Terapi wicara adalah intervensi klinis yang dirancang untuk memperbaiki gangguan bicara, bahasa, suara, dan menelan.
Pada lansia yang mengalami palilalia, terapi wicara membantu dengan cara melatih otot-otot yang terlibat dalam berbicara, meningkatkan keterampilan komunikasi, serta memodifikasi pola bicara agar gejala dapat dikurangi secara signifikan.
Terapi wicara biasanya dilakukan oleh seorang terapis wicara profesional yang akan menyusun program perawatan berdasarkan kebutuhan spesifik pasien. Pada lansia, program terapi wicara sering kali disesuaikan dengan kondisi medis yang mendasari serta tingkat keparahan.
1. Latihan Kesadaran dan Pemantauan Bicara
Teknik ini berfokus pada membantu pasien menyadari kapan mereka mulai mengulangi kata-kata. Terapis akan mengajarkan pasien untuk memonitor pola bicara mereka dan mengenali tanda-tanda awal terjadinya pengulangan.
Misalnya, ketika pasien mulai mengulangi kata yang sama, mereka diajarkan untuk berhenti sejenak, menarik napas dalam, dan kemudian melanjutkan berbicara dengan ritme yang lebih lambat.
2. Latihan Intonasi dan Ritme Bicara
Pengulangan kata sering kali terjadi karena otak kesulitan mengatur kecepatan dan alur bicara. Terapis wicara dapat membantu lansia dengan melatih mereka untuk berbicara menggunakan ritme dan intonasi yang lebih terkontrol.
Salah satu caranya adalah dengan menggunakan metronom atau alat bantu ritme lainnya agar pasien dapat berbicara dengan irama yang teratur dan terprediksi.
3. Latihan Relaksasi Otot Vokal
Ketegangan pada otot-otot vokal dapat memperburuk gejala palilalia. Terapis wicara dapat menggunakan teknik relaksasi untuk membantu pasien melemaskan otot-otot tersebut.
Latihan ini melibatkan teknik pernapasan, peregangan otot leher dan wajah, serta latihan vokal yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan meningkatkan kontrol atas otot-otot yang terlibat dalam berbicara.
Baca juga tentang : Mengenal Palilalia ADHD, Faktor, Gejala dan Pengobatan
4. Teknik Modifikasi Bicara
Teknik ini berfokus pada memodifikasi cara pasien berbicara agar gejala dapat diminimalisir. Misalnya, terapis dapat melatih pasien untuk menggunakan kalimat-kalimat pendek dan sederhana alih-alih kalimat yang panjang.
Teknik ini juga melibatkan pelatihan untuk memperlambat laju bicara dengan memberikan jeda di antara setiap kata atau frasa, sehingga otak memiliki lebih banyak waktu untuk memproses kata-kata yang akan diucapkan.
5. Latihan Berbicara dengan Dukungan Visual
Pada beberapa kasus, lansia lebih mudah mengontrol ucapan mereka ketika mendapatkan dukungan visual. Terapis dapat menggunakan kartu kata atau gambar untuk membantu pasien memfokuskan pikiran mereka pada kata atau kalimat yang akan diucapkan. Teknik ini dapat membantu mengurangi pengulangan yang tidak disengaja dengan memberikan rangsangan visual sebagai panduan bicara.
Terapis dari Wicaraku akan membantu pasien mengurangi pengulangan kata dan memperbaiki kontrol bicara. Palilalia pada lansia bukanlah sekedar gangguan bicara yang sederhana segera hubungi kami di +62 895-4151-54575 untuk mendapatkan penanganan terbaik.
Referensi Penulisan:
- DINAS SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. “Mewaspadai 5 Gejala Sindrom Geriatri pada Lansia, Plus Cara Menanganinya”, https://dinsospmd.babelprov.go.id/content/mewaspadai-5-gejala-sindrom-geriatri-pada-lansia-plus-cara-menanganinya, diakses pada 01 Oktober 2024.
- Kompas.com. “9 Penyebab Sering Berdeham, Termasuk Bisa Jadi Gejala Penyakit”, https://health.kompas.com/read/2021/10/25/110400868/9-penyebab-sering-berdeham-termasuk-bisa-jadi-gejala-penyakit?page=all, diakses pada 01 Oktober 2024.
- Jurnal Pendidikan Tambusai Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pahlawan. “Gangguan Berbicara Jenis Psikogenik Latah dalam Tayangan Youtube Berjudul “Mpok Atiek Latah, Komeng Jadi Betah””, https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/4051, diakses pada 01 Oktober 2024.