Dalam Artikel Ini:
ToggleMengenal Palilalia ADHD, Faktor, Gejala dan Pengobatan
Palilalia ADHD merupakan salah satu diagnosis sindrom tourette dengan kondisi lain yang bisa terjadi pada usia anak-anak, remaja, hingga dewasa. Kondisi ini memiliki gejala tersendiri sehingga membutuhkan pengobatan yang tepat untuk mengatasinya.
Palilalia atau sindrom tourette merupakan sebuah kelainan atau gangguan pada saraf, ditandai dengan ketidakmampuan mengendalikan gerak tubuh dan ucapan. Sindrom ini merupakan bawaan lahir, baik pada laki-laki maupun perempuan.
Sementara itu, ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder merupakan gangguan mental yang terjadi pada anak hingga dewasa. Palilalia ADHD merupakan gangguan hiperaktif dan tidak bisa menahan diri sendiri sehingga dapat mengganggu konsentrasi.
Hingga saat ini masih belum ada pengobatan sindrom tourette dengan kondisi lain ini. Meskipun demikian, ada penanganan tertentu yang bisa mengurangi gejalanya salah satunya dengan melakukan terapi di Wicaraku.
Pengertian dari Palilalia ADHD
Palilalia ADHD merupakan kondisi lain pada sindrom tourette sehingga membuat penderita memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif, juga sulit fokus pada satu hal. Gejala ADHD pada penderita sindrom tourette sendiri terbagi menjadi tiga subtipe.
Pertama, dominan hiperaktif-impulsif biasanya muncul dengan gejala hiperaktivitas serta perilaku yang impulsif. Kedua, dominan inatentif merupakan tipe yang membuat penderitanya kesulitan memberikan perhatian penuh pada satu hal dalam satu waktu.
Terakhir, penderita sindrom ini juga berkemungkinan masuk dalam tipe kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatentif. Pada jenis ini penderita menunjukkan gejala hiperaktif dan impulsif juga tidak bisa memberikan perhatian dengan baik pada satu hal.
Melihat dari gejala dan subtipe tersebut gangguan mental ini memiliki beberapa ciri-ciri salah satunya penderita sangat mudah teralihkan pada rangsangan dari alat indra. Hal ini membuat penderitanya tidak bisa beraktivitas dalam jangka waktu panjang.
Ciri-ciri kedua adalah gangguan pengendalian diri hal tersebut terlihat dari tindakan yang tidak disertai dengan pemikiran terlebih dahulu. Penderita umumnya kesulitan menentukan prioritas kegiatan atau memikirkan perilaku yang akan dilakukan.
Ciri-ciri terakhir adalah gangguan aktivitas berlebihan, hari ini bisa terlihat sejak bayi dengan banyaknya gerakan dan sulit ditenangkan. Berbeda dengan individu aktif tapi produktif, seorang hiperaktif tidak memiliki tujuan dalam aktivitasnya.
Individu hiperaktif tidak bisa mengontrol atau melakukan koordinasi menggunakan aktivitas motoriknya. Hal tersebut membuat penderita tidak bisa membedakan gerakan penting dan tidak penting, juga melakukan gerakannya tersebut terus-menerus tanpa merasa lelah.
Baca juga tentang : Palilalia Adalah dan Gangguan yang Ditemui Pada Anak
Ketahui Faktor Penyebab Palilalia ADHD
Selain belum ada pengobatannya hingga saat ini para ahli belum mengetahui penyebab palilalia ADHD. Meskipun demikian para ahli memiliki beberapa dugaan mengenai penyebab sindrom ini seperti berikut.
Pertama, genetika menjadi faktor utama yang menyebabkan seseorang menderita sindrom ini, sebab kondisi ini memang cenderung menurun dari keluarga. Terdapat banyak kasus yang diduga berasal dari gen salah satu maupun kedua orang tua.
Kedua, menurut studi fungsi dan struktur otak yang berbeda pada seseorang bisa menjadi faktor terjadinya ADHD. Studi ini sendiri sudah dilakukan dengan menggunakan pemindaian otak untuk mengetahui hasilnya.
Hasil pemindaian menunjukkan bahwa penderita ADHD memiliki area otak tertentu yang ukurannya lebih kecil. Sementara itu area otak lainnya pada penderita bisa jadi berukuran lebih besar.
Penelitian lain menunjukkan seorang penderita ADHD memiliki tingkat neurotransmitter yang tidak seimbang pada otak. Menurut dugaan pada studi tersebut, neurotransmitter tersebut bisa jadi tidak berfungsi dengan baik.
Faktor lainnya yang diduga para ahli menjadi penyebab sindrom ini adalah paparan neurotoksin pada masa kehamilan. Paparan timbal serta pestisida, juga bahan kimia tertentu bisa memberikan efek negatif terhadap saraf anak.
Terakhir, perokok aktif maupun pasif selama kehamilan juga menjadi faktor penyebab anak menderita ADHD. Tidak hanya itu paparan alkohol maupun obat-obatan juga memungkinkan janin mengalami kondisi yang sama.
Gejala Palilalia ADHD yang Wajib Diketahui
Palilalia ADHD merupakan sindrom tourette dengan gejala gangguan saraf yang mempengaruhi kemampuan fungsi tubuh. Hal ini bisa mempengaruhi kehidupannya dan di lingkungan sosial seperti sekolah rumah maupun tempat kerja.
Penderita sindrom ini bisa berusia anak-anak, remaja, maupun, orang dewasa dengan gejala yang mungkin bisa berbeda. Sayangnya cukup banyak orang tua yang tidak mengetahui gejala ini pada anak-anak dan kerap mengabaikannya.
Pada usia anak gejala utama yang terlihat adalah kurangnya perhatian tindakan hiperaktif impulsif bahkan gabungan keduanya. Gejala lain adalah kesulitan untuk fokus dan teratur, memiliki kegelisahan berlebihan, juga sulit mengendalikan diri.
Sering bertambahnya usia, anak dengan sindrom tourette dan gangguan ADHD akan menunjukkan gejala berbeda pada usia remaja. meskipun pada beberapa kasus gejala berkurang pada usia remaja namun gejala-gejala lainnya bisa saja muncul.
beberapa gejalanya seperti sulit fokus pada tugas sekolah dan sering melakukan kesalahan maupun kesulitan mengerjakan tugas. Gejala lain berupa kesulitan dalam manajemen waktu, sering melupakan barang, dan menghindari tugas yang melelahkan secara mental.
Beberapa gejala lainnya seperti kesulitan menjalani hubungan sosial dan keluarga dan frustasi maupun kepekaan emosional meningkat. Meskipun perilakunya membuat remaja terlihat kekanak-kanakan namun hal tersebut hanyalah bagian dari ADHD.
Penderita pada usaha dewasa sudah memiliki tanggung jawab sehingga menunjukkan gejala yang berbeda pula. Meski demikian, salah satu gejala sama adalah penderita kerap kesulitan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dilakukan.
Gejala lain adalah memiliki permasalahan harga diri dan kesejahteraan mental hingga menyalahgunakan alkohol. Selain itu, mengalami kesulitan menjalankan hubungan dengan pasangan, keluarga, dan rekan kerja, juga sering mengalami cedera.
Baca juga tentang : Penyebab Cadel R pada Anak dan Metode untuk Mengatasinya
Pengobatan untuk Palilalia ADHD yang Tepat
Seperti penjelasan sebelumnya palilalia ADHD belum memiliki obat untuk menyembuhkan secara total. Namun ada beberapa pengobatan maupun penanganan sehingga bisa mengurangi gejalanya seperti berikut.
Pertama, obat-obatan yang sudah diresepkan oleh dokter sehingga bisa membuat kadar senyawa dalam otak lebih seimbang. Beberapa obat yang sering digunakan seperti methylphenidate, amitriptyline, atomoxetine, jika obat golongan agonis alfa seperti clonidine.
Pengobatan lainnya menggunakan psikoterapi dan terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan kebutuhan dan pertimbangan dokter. Pertama adalah CBT atau terapi perilaku kognitif untuk membantu pengidap mengubah perilaku dan pola berpikir.
Terapi Psikoedukasi dengan mengajak penderita berkomunikasi dan bercerita jika penderita kesulitan dalam hal tersebut. Terakhir adalah terapi interaksi sosial yang melibatkan orang-orang di sekitar pengidap melalui pelatihan khusus.
Layanan terapi di Wicaraku merupakan rekomendasi terbaik untuk mengatasi sindrom tourette dengan gejala ADHD. Terapi dilakukan oleh tenaga kerja profesional serta berpengalaman sehingga hasil pengobatan nya menjadi lebih optimal.
Wicaraku melayani berbagai layanan jasa, termasuk berkonsultasi secara gratis melalui WhatsApp tanpa batasan waktu di +62 895-4151-54575.
Sindrom tourette bisa terjadi dengan beberapa gejala lainnya, salah satunya adalah gangguan mental ADHD. Penderita palilalia ADHD sendiri memiliki gejala berbeda pada usia anak-anak, remaja, dan dewasa sehingga membutuhkan pengobatan yang tepat.
Referensi penulisan:
- Halodoc. “ADHD”, https://www.halodoc.com/kesehatan/adhd, diakses pada 03 Agustus 2024.
- Kemenkes. “Apa Itu ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)?”, https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3232/apa-itu-adhd-attention-deficit-hyperactivity-disorder, diakses pada 03 Agustus 2024.