Dalam Artikel Ini:
ToggleApa Itu Apraksia? Bagaimana Penyebab dan Gejalanya Pada Anak?
Setiap orang tua tentu ingin pertumbuhan dan perkembangan anaknya berjalan sempurna, begitu pula dalam hal perkembangan sistem motorik. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana jika orang tua mengetahui anaknya mengalami apraksia. Apa itu apraksia?
Apa Itu Apraksia?
Apraksia adalah kondisi gangguan saraf pada anak yang umumnya menyerang motorik si kecil. Keadaan ini mengakibatkan otot tubuh tidak dapat menerima instruksi otak dengan maksimal, karenanya membuat penderitanya merasa tidak mampu saat melakukan suatu Gerakan. Sebenarnya gangguan Apraksia tidak selalu dialami oleh anak-anak saja, tetapi juga lansia.
Untuk memahami apa itu apraksia, mari kita ulas lebih detail. Apraxia dapat menyerang otot yang ada di area mulut dan wajah. Gangguan tersebut bisa membuat penderita merasa kesulitan melakukan berbagai Gerakan tertentu, misalnya ketika menjulurkan lidah, batuk, bersiul, menjilat bibir, hingga berbicara. Akan tetapi, gangguan tersebut juga dapat dialami oleh beberapa bagian lainnya pada tubuh, seperti kaki atau lengan.
Penyebab Apraksia Pada Anak
Penyebab apraksia pada anak utamanya yaitu dikarenakan adanya kerusakan pada saraf otak, yang artinya ada masalah pada bagian sistem saraf pusat anak. Apraksia secara otomatis bisa membuat fungsi bicara terganggu, begitu pula dengan fungsi bahasanya. Biasanya hal tersebut terjadi baik pada usia anak-anak hingga dewasa.
Akan tetapi, untuk kasus yang dialami anak-anak, penyebab apraksia pada anak biasanya dikarenakan adanya faktor dari bawaan lahir, sebab gangguan ini bisa diderita seseorang sejak lahir. Sedangkan bisa jadi kemungkinan lainnya terjadi akibat cedera di kepala sebagai efek setelah kecelakaan, untuk penyebab ini biasanya diderita orang dewasa.
Jenis-Jenis Apraksia
Ada beberapa jenis apraksia yang dapat dialami oleh setiap individu, ini ulasannya :
- Apraksia Bicara
Gejala yang ditimbulkan dari kondisi gangguan ini yaitu kesulitan menggerakkan lidah dan mulut. Oleh sebab itu, penderita kesulitan berbicara dan membentuk kata, sulit mengucapkan serangkaian kalimat singkat dan panjang,meskipun memang otot di area mulut dan lidah tidak bermasalah.
- Apraksia Wajah
Umumnya gejala yang ditimbulkan yaitu kesulitan menggerakkan otot pada wajah. Biasanya membuat penderita kesulitan saat menggerakkan bibir, mengeluarkan lidah, serta bersiul.
- Apraksia Tungkai/Lengan
Ciri-ciri apraksia ini biasanya kesulitan menggerakkan tangan dan kaki.
- Apraksia Ideasional
Pada jenis ini, penderita akan mengalami kesulitan melakukan segala hal yang berurutan. Misalnya saja, proses untuk memakai kaos kaki terlebih dahulu sebelum menggunakan sepatu.
- Apraksia Ideomotor
Menimbulkan gejala seperti ketidakmampuan menirukan bagaimana cara memakai barang atau benda tertentu walaupun benda tersebut sebenarnya tidak bermasalah. Seperti kesulitan naik sepeda atau menirukan orang lain untuk bermain gitar.
- Apraksia Konstruksional
Gejala yang dialami penderita untuk jenis gangguan ini yaitu ketidakmampuan membuat konstruksi sederhana, meskipun hanya sekedar menyalin gambar.
Ciri-Ciri Apraksia Pada Anak
Ciri-ciri apraksia pada anak biasanya tidak hanya terjadi pada usia yang sudah besar saja, tetapi juga pada bayi. Karena apraksia dialami sejak bayi lahir. Oleh karena itu, anda bisa melihat ciri-ciri apraksia pada anak sejak mereka masih bayi atau mungkin saat mulai berbicara. Berikut gejalanya :
- Kesulitan saat harus mengucapkan vokal dan konsonan.
- Mengalami kesulitan saat harus menggabungkan beberapa sumber suara berbeda, untuk membentuk kata.
- Si kecil kesulitan saat menghasilkan perkataan tertentu yang dapat dipahami orang lain, jadi untuk kondisi ini sedikit mirip seperti disartria.
- Anak akan kesulitan mengucapkan kata-kata, terutama ketika ia hendak berbicara memakai kata-kata panjang.
- Bayi yang mengalami apraksia, biasanya lebih lamban berbicara dibandingkan seusianya.
- Kesulitan makan.
- Kesulitan saat hendak berbicara spontan.
Walaupun ciri-ciri apraksia pada anak saat bayi atau balita bisa terjadi, akan tetapi pendeteksiannya semakin mudah ketika si kecil sudah cukup besar.
Cara Mencegah dan Mengatasi Apraksia Pada Anak
Cara mencegah apraksia pada anak untuk bawaan lahir sendiri sebenarnya cukup sulit dilakukan. Namun yang pasti, anda harus menjaga Kesehatan saat hamil dan mengonsumsi makanan-makanan yang bernutrisi. Tujuannya untuk mencegah kemungkinan anak lahir dengan cacat bawaan, atau kondisi apraksia ini.
Selain itu, cara mencegah apraksia pada anak juga dapat dilakukan dengan membimbingnya bagaimana cara makan yang benar, membimbingnya untuk berinteraksi bersama orang tua dan lebih dekat dengan orang di sekitarnya.
Apraksia juga dapat diatasi dengan beberapa hal berikut :
- Melakukan Terapi Wicara
Ini merupakan cara terampuh dalam mengatasi kondisi apraksia untuk anak-anak. Biasanya terapi tersebut dapat dilakukan sekitar 2 kali seminggu secara rutin, agar hasilnya dapat terlihat.
- Melakukan Permainan Kata-Kata
Anda bisa mengajak anak untuk melakukan permainan yang mengharuskannya untuk mengucapkan 1 kata yang sederhana berulang kali, misalnya seperti ‘mandi’, ‘malam’, ‘minum’, dan ‘makan.
Bawa si kecil untuk melakukan game pengucapan kata tersebut langsung di depan cermin supaya si kecil bisa mengetahui mulut bagian mana yang mesti digerakkan saat mengucapkan kata tersebut.
- Melakukan Terapi Musik
Dengan melakukan terapi musik, umumnya dapat memicu si kecil untuk mengeluarkan beberapa suku kata dengan kombinasi bunyi berbeda. Biasanya terapi tersebut bahkan dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam berkomunikasi.
Oleh sebab itu, sesekali ajak si kecil untuk menonton video atau mendengarkan lagu. Namun waktunya tetap harus dibatasi supaya mereka tidak kecanduan dengan gadget.
- Bahasa Isyarat
Bahasa isyarat adalah cara mengatasi gangguan untuk berbicara karena apraksia. Melalui bahasa isyarat, anak-anak bisa berlatih untuk menggerakkan mulut dalam mengucapkan sebuah kata.
Dalam mengatasi apraksia, perlu dukungan dari keluarga maupun orang tua untuk melatih bicara kepada si kecil. Melalui cara di atas, maka diharapkan dapat mengatasi gangguan apraxia.