Dalam Artikel Ini:
ToggleTahapan Terapi Wicara Anak Autisme Agar Lancar Komunikasi
Tahapan terapi wicara untuk anak autisme menjadi metode penting, agar mereka bisa meningkatkan kemampuan komunikasi dengan orang lain, mulai dari berbicara, memahami pesan, sampai mendengarkan apa yang dibicarakan.
Harapannya, setelah melakukan terapi ini mereka dapat berkomunikasi dengan baik bukan hanya sekedar mengatakan sesuatu saja, melainkan tahu maksud dan tujuan orang lain seperti apa agar dapat melakukan interaksi sosial.
Tahapan Terapi Wicara Pada Anak Autisme
Untuk mendapatkan hasil bagus dan sesuai keinginan orang tua memang tidak mudah, oleh karena itu perlu waktu dan berbagai tahapan harus dilalui terlebih dulu. Prosesnya panjang tetapi, dapat dilihat perkembangannya.
Proses awal yang harus dilakukan adalah melakukan identifikasi mengenai bagaimana kemampuan bicaranya, keterampilan sosial sampai interaksinya ke orang lain, baru setelah itu beberapa tahapan terapi wicara selanjutnya sebagai berikut.
1. Menirukan Suara
Tahapan terapi wicara pertama yang akan dilakukan adalah menirukan berbagai suara. Hal paling mudah yaitu menirukan suara binatang di sekitar mereka terlebih dulu sebagai contoh kucing.
Tahapan ini sangat penting karena tim mampu melihat seberapa baik anak-anak tersebut dapat menggerakkan bibir, lidah, serta bagian tubuh lainnya agar dapat menghasilkan suara, sehingga proses ke depan lebih mudah.
Selain itu dengan menirukan binatang, membantu anak autisme ini untuk menirukan kata. Dengan begini, untuk memahami kata-kata ketika berbicara dengan orang lain tidak akan kesulitan sama sekali.
Terakhir tujuan kami menginginkan mereka menirukan suara adalah membangun sebuah fondasi awal, sebagai langkah penting untuk kemampuan berbicara, sekaligus menirukan kosakata, sehingga mampu berkomunikasi dengan baik.
Baca juga tentang : Tahapan Terapi Wicara Tepat yang Bisa Memperlancar Komunikasi
2. Komunikasi Non-Verbal
Tahapan terapi wicara berikutnya adalah mengajarkan mereka tentang komunikasi non-verbal, yaitu menyampaikan sebuah pesan tanpa harus menggunakan kata, jadi memakai bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata agar mengerti.
Pada anak dengan autisme seperti ini mengetahui bagaimana komunikasi non-verbal agar mereka mampu berinteraksi dengan efektif dengan siapa saja, tahapan tersebut memang sangat penting sebagai pelengkap interaksi.
Sebagai contoh, saat mereka haus dan ingin minum tidak harus mengatakan, “haus”. Cukup menunjuk gelas dengan membuat sebuah gerakan, hal itu orang lain sudah dapat mengerti maksudnya.
Ketika mereka sudah mampu menguasai komunikasi non-verbal seperti ini, maka ketika bertemu dengan orang lain, anak tersebut mampu berbicara dengan baik, walaupun hanya menggunakan gestur tubuh.
Tahapan terapi wicara memberikan kemampuan anak untuk menyampaikan perasaan sampai keinginan, karena pada autisme terkadang kesulitan mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya sendiri, seperti sedang marah, sedih atau takut.
Agar berjalan sukses, nantinya tim terapis akan memberikan berbagai contoh terlebih dulu, kemudian mereka menirukan seperti, geleng kepala pertanda tidak setuju, menunjuk gelas saat haus dan lain sebagainya.
3. Prosodi
Tahapan terapi wicara berikutnya adalah prosodi. Jadi tim akan memastikan anak ini mampu memahami intonasi kata, mulai dari volume, ritme sampai tekanannya seperti apa, jadi mereka paham saat diajak komunikasi.
Terkadang setiap orang akan menekankan satu kata untuk sebuah perintah, baik itu dengan nada tinggi, atau ekspresi marah, biasanya anak autisme kesulitan dalam memahami hal-hal tersebut.
Jadi, mereka sulit menentukan apa yang harus dilakukan ketika seseorang sedang berbicara kepadanya dengan intonasi kata tertentu sebagai sebuah petunjuk. Hal ini membuat interaksinya kurang sempurna.
Bahkan saat kemampuan prosodinya kurang baik, kemungkinan dalam menjalin hubungan bersama orang lain pasti akan kesulitan, untuk menyampaikan apa maksudnya sendiri juga sulit, sehingga komunikasi keduanya tidak terbentuk.
Tahapan terapi wicara nantinya, tim akan melakukan beberapa contoh situasi mulai dari bertanya menggunakan intonasi berbeda, memberikan perintah sampai mencoba mengungkapkan ekspresi tersebut dengan kegembiraan, kesedihan sampai marah.
Kemudian mereka juga diminta menirukan seluruh intonasi tersebut, agar latihan semakin menyenangkan, terkadang terapis kami menggunakan metode mendongeng atau bermain peran, dengan begini kemampuan memahami lebih baik.
Terakhir menggunakan teknologi untuk media visualisasi seperti memakai gambar, grafik, sampai video. Dengan begini mereka jadi tahu bagaimana konsep intonasi yang nantinya mampu mengubah makna saat percakapan.
4. Ungkapan Pragmatis
Tahapan terapi wicara selanjutnya adalah mempelajari ungkapan pragmatis, sebagai salah penting untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bagian dari memahami sekali menggunakan bahasa yang sesuai konteks sosial.
Anak autisme biasanya kesulitan untuk melakukan pemahaman nuansa sosial sebagai contoh, sarkasme, sindiran, sampai mengungkapkan tidak langsung. Hadirnya latihan ini diharapkan memberikan pemahaman lebih baik dari biasanya.
Tujuan dari tahapan pragmatis ini agar mereka mampu memahami konteks. Contohnya, saat mengatakan, “selamat pagi”, “saya lapar” dan lain sebagainya sehingga memahami benar kapan ungkapan itu harus dikatakan.
Dalam tahapan ini tim akan memanfaatkan gambar, bahkan bisa juga bernyanyi sekaligus bercerita. Hal tersebut membuat anak-anak mampu memahami nuansa emosi, makna, sekaligus ungkapan saat berbicara.
5. Tanya Jawab dan Percakapan
Tahapan terapi wicara selanjutnya adalah melakukan tanya jawab dan percakapan dengan mereka. Ketika semua kemampuan sudah dikuasai saatnya kami akan mengajak anak tersebut berkomunikasi mulai dari tanya jawab.
Tidak langsung sulit, tetapi pertanyaan kecil meliputi, “kamu sedang apa?”, “Sudah makan apa belum?” hal ini memang sederhana tetapi, terapis sudah mampu menilai bagaimana pemahaman mereka.
Termasuk apakah interaksinya terhadap orang lain sudah sesuai harapan atau masih membutuhkan pembelajaran lebih lanjut. Poin utama dari tahap terakhir ini adalah membuat anak tahu dan mampu cara berinteraksi.
Harapannya, ketika sudah keluar ke masyarakat mereka akan mengerti maksud dan tujuan orang itu berbicara. Walaupun belum bisa mengucapkan, setidaknya mereka mampu menggunakan komunikasi non-verbal agar lawan bicara mengerti.
Dalam tanya jawab ini, kami juga akan melihat bagaimana struktur kalimat mereka, apakah sudah bagus atau perlu diperbaharui lagi. Dengan begini percakapan dua arah akan terasa lancar.
Baca juga tentang : Dampak Gangguan Artikulasi Anak Pada Perkembangan Sosial
Tempat Terapi Wicara yang Berpengalaman
Salah satu poin penting terapi tersebut berjalan dengan baik adalah menentukan klinik yang menyediakan layanan serta fasilitas tersebut. Jangan sampai salah, karena setiap terapi berbeda-beda dalam menyampaikannya.
Jika salah memilih konsekuensinya, anak akan marah dan membuatnya tidak mau untuk belajar. Untuk kasus anak seperti ini memang cukup rumit, karena perlu memahami bagaimana kondisi anak seluruhnya,
Maka dari itu, Anda perlu klinik dengan terapis handal, profesional, dan sudah berpengalaman memandu anak austime agar dapat lancar berkomunikasi dengan orang, sehingga percakapan dua arah dapat terjadi.
Bila bingung di mana tempatnya, langsung saja datang ke Wicaraku, tempat terapi handal yang mampu mengatasi berbagai permasalahan, terutama membantu anak autisme agar lancar berkomunikasi.
Tim kami profesional dan handal, sehingga mampu memahami sekaligus memberikan latihan terbaik bagi anak-anak. Dengan begini secara bertahap mereka mampu melakukan interaksi sosial, seperti tanya jawab sampai melakukan percakapan.
Tertarik melakukan latihan bersama kami? Langsung hubungi nomor kami di +62 895-4151-54575 untuk bertanya mengenai pemesanan, layanan, fasilitas, sampai dengan harga terbaik yang akan Anda dapatkan.
Tahapan terapi wicara pada anak autisme memang tidak mudah, perlu proses panjang walau semua tergantung mereka sendiri, tetapi hasilnya akan dapat terlihat selama proses latihan tersebut berlangsung.
Referensi Penulisan:
- Stamurai. “15 Speech Therapy Exercises For Children With Autism”, https://www.stamurai.com/blog/speech-therapy-exercises-for-children-with-autism/, diakses pada 12 November 2024.
- Healthline. “What to Know About Speech Therapy for Autism”, https://www.healthline.com/health/autism/speech-therapy-for-autism#for-children, diakses pada 12 November 2024.
- Hamil.co.id. “13 Terapi Wicara Untuk Anak Autis Agar Anak Sembuh”, https://hamil.co.id/anak/autisme/terapi-wicara-untuk-anak-autis, diakses pada 12 November 2024.
- Anakku. “Terapi Wicara bagi Anak Autistik”, https://www.anakku.id/artikel/detil/terapi-wicara-bagi-anak-autistik, diakses pada 12 November 2024.
- District Speech. “Speech Therapy Treatments For Kids With Nonverbal Autism”, https://districtspeech.com/speech-therapy-treatments-for-kids-with-nonverbal-autism/, diakses pada 12 November 2024.