Seseorang dengan gangguan kecemasan mutisme disebabkan oleh rasa penolakan untuk berbicara. Anak-anak maupun orang dewasa yang mengidap kecemasan ini merasa pada situasi sosial tertentu bisa sangat menegangkan.
Kondisi ini dapat terjadi karena kecenderungan genetik terhadap kecemasan. Artinya bisa merupakan warisan rasa cemas dari salah satu atau beberapa anggota keluarga sehingga ditunjukkan melalui tanda-tanda kecemasan yang parah.
Dalam beberapa kasus, penderitanya akhirnya mengidap masalah bicara lainnya. Kondisi ini dapat terjadi mulai usia 2-4 tahun bahkan berlanjut sampai usia dewasa jika tidak ditangani dengan tepat.
Sumber Gambar : Freepik
Dalam Artikel Ini:
ToggleProses Diagnosis Mutisme pada Anak dan Orang Dewasa
Sebenarnya proses diagnosis kondisi ini cukup sulit dilakukan karena mirip seperti beberapa kondisi serupa lainnya. Namun untuk mendiagnosis juga diperlukan adanya pedoman khusus berupa pengamatan mengenai penderitanya.
Beberapa di antaranya tidak berbicara dalam situasi tertentu seperti sekolah atau di depan umum. Kemudian hanya bisa bicara normal jika dalam situasi yang membuatnya nyaman.
Selain itu juga dapat didiagnosis jika menunjukkan ketidakmampuan berbicara dengan orang-orang tertentu selama 1-2 bulan. Sebelum memasuki tahap pengamatan ini, biasanya dokter melakukan pemeriksaan fisik dahulu.
Mulai dari kemampuan mendengar dan berbicara normal. Sedangkan ahli patologi wicara dan bahasa bisanya mengevaluasi bagian tubuh yang berhubungan dengan berbicara, seperti mulut, lidah, pita suara, rahang, telinga, hingga neurologis.
Dalam proses mendiagnosis mutisme, dokter, ahli patologi wicara-bahasa, psikolog, psikiater akan menilai kemampuan dalam memahami serta menggunakan bahasa. Selain itu juga membantu menemukan masalah emosional yang bisa saja menjadi penyebabnya.
Jika terjadi pada anak, maka dapat didiagnosis sejak dini dan dikelola melalui perawatan yang tepat. Perlu keterlibatan keluarga dan lingkungan sekitar untuk mendorong si kecil berkomunikasi melalui orang tua.
Sedangkan pada orang dewasa, mereka biasanya dapat mengatasi kebisuan selektif ini walaupun pada akhirnya berdampak pada psikologisnya. Hal ini dapat terjadi karena mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun tanpa interaksi sosial.
Jika terjadi pada orang dewasa, maka perlu ditangani langsung oleh profesional kesehatan mental. Sebab mereka punya akses dari terapis wicara atau bahasa profesional lainnya yang pengetahuannya luas.
Baca juga tentang : Penyebab dan Gejala Selective Mutism yang Sering Terjadi
Apakah Mutisme Sama dengan Malu, Autisme dan Terlambat Bahasa?
Kebisuan ini dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu selektif dan traumatis. Keduanya adalah juga merupakan 2 hal berbeda. Penderitanya jarang bisu dalam semua situasi, melainkan hanya beberapa situasi.
Jenis selektif merupakan bentuk upaya menghindari perasaan cemas akibat ekspektasi maupun pertemuan sosial. Sedangkan jenis traumatis adalah kondisi di mana penderitanya tidak berbicara dalam segala situasi.
Jenis traumatis dapat timbul karena menyaksikan atau mengalami peristiwa traumatis dan tidak dapat memproses peristiwa tersebut, sehingga bisu dalam keadaan apapun. Penderitanya juga berbeda dari malu, autisme, maupun keterlambatan bahasa.
Jenis selektif lebih dari sekadar rasa malu. Penderitanya dapat berbicara bebas juga fasih di rumah atau saat dalam kondisi yang menurutnya nyaman. Namun ketika di ruang publik justru tertutup.
Jika dibandingkan dengan anak pemalu atau penakut, sebagian besar penderita gangguan kecemasan mutisme ini berada di ujung ekstrem sifat pemalu maupun penakut. Sifat pemalu hanya perlu waktu untuk beradaptasi.
Penderitanya akan tampak memiliki kepribadian yang sangat berbeda saat di rumah dibandingkan di publik. Kondisi kebisuan selektif juga berbeda dari autisme karena autisme bukan gangguan kecemasan, melainkan masalah sensorik.
Penderita autisme sulit memahami isyarat sosial maupun nonverbal. Sedangkan penderita kebisuan sebenarnya memahami dengan baik komunikasi nonverbal dan mempraktikkannya untuk berbicara saat dia sendiri tidak bisa berkata-kata.
Begitu juga dengan kondisi keterlambatan bahasa di mana keduanya merupakan 2 hal berbeda. Jika anak 2 tahun tidak bisa bicara sama sekali, perlu dicek dan evaluasi mungkin memang terjadi keterlambatan bahasa.
Namun apabila sudah berusia 6 tahun atau lebih lalu tidak bisa berbicara dalam kelompok teman sebayanya padahal dapat berbicara fasih di rumah, maka perlu dicek untuk mengetahui apakah menderita kebisuan selektif.
Sumber Gambar : Freepik
Peran Lingkungan dalam Menyembuhkan Mutisme
Lingkungan sekitar para penderita juga dapat memberikan dampak demi proses penyembuhan kebisuan selektif melalui cara-cara berikut.
1. Orang Tua
Dorongan motivasi dari orang tua sangat penting misalnya dengan memberi pengertian jangan diam saja karena malu. Dengan catatan tidak boleh memaksa anak untuk masuk ke situasi sosial yang membuatnya tidak nyaman.
Sebab jika dipaksa justru membuatnya susah belajar berinteraksi sosial. Sebaiknya orang tua bekerja sama dengan psikolog dan terapi wicara anak dalam membuat rencana perawatan kebisuan selektif.
2. Guru
Guru perlu memperhatikan anak-anak penderita kebisuan selektif saat di lingkungan sekolah. Sebaiknya tidak mengabaikan atau memaksa mereka saat tidak dapat berbicara maupun berinteraksi seperti anak-anak lainnya.
Guru dapat menciptakan kelas yang nyaman bagi penderita mutisme. Misalnya menjawab dengan tulisan, melalui gerakan mengangguk, ataupun membisikkan jawaban ke teman yang mereka percayai.
3. Saudara dan Teman-teman
Saudara maupun teman-teman juga bisa membantu meringankan beban sosial penderitanya. Misalnya mengurangi isolasi diri serta mencegah terjadinya perundungan.
Lingkungan ini dapat memberi pemahaman kepada orang lain mengenai kebisuan selektif. Sehingga dapat memberikan perlakuan berbeda dalam konotasi positif bagi penderitanya yang cemas saat menghadapi situasi tertentu.
Baca juga tentang : Apraxia dapat Menyerang Anak-anak Hingga Lansia
Perawatan Mutisme dengan Terapi Wicara dan Bahasa
Kunci penting mengelola kebisuan selektif adalah sabar sambil tetap terlibat dalam proses terapi penderitanya. Salah satunya adalah terapi wicara dan bahasa untuk membantu perkembangan dari komunikasi non-verbal ke verbal dan seterusnya.
Terapi wicara bagus untuk membantu menyembuhkan kebisuan selektif dengan membangun kepercayaan diri sekaligus meredakan kecemasan. Beberapa strategi yang digunakan ahli patologi wicara dan bahasa yaitu:
1. Stimulus Fading
Strategi yang dimulai dengan menggunakan seseorang agar anak merasa nyaman berbicara. Selanjutnya ahli patologi akan menambahkan lagi orang baru dan mendorong anak berbicara seperti bersama orang sebelumnya.
2. Pembentukan
Strategi penyembuhan kecemasan mutisme ini melibatkan ahli patologi untuk memberi hadiah saat anak mencoba berkomunikasi baik berhasil maupun gagal. Awalnya mungkin anak hanya mau menunjuk atau menggerakkan tangan.
Selanjutnya akan mengucapkan atau membisikkan kata. Tujuannya untuk membuat penderitanya berbicara dengan nyaman dalam berbagai situasi.
3. Self Modeling
Strategi dengan melibatkan anak menonton video dirinya sendiri ketika di dalam situasi yang nyaman serta familiar. Dengan melihat kemampuannya sendiri dalam berbicara, maka akan membantu meningkatkan kepercayaan dirinya.
Terapi wicara dapat dilakukan di rumah dengan melibatkan peran orang tua untuk memantau perkembangan kemampuan berbicara anaknya. Proses ini dilakukan melalui konsultasi bersama ahli patologi wicara dan bahasa.
Wicaraku hadir mendukung perkembangan bahasa dan komunikasi penderita mutisme melalui tim profesional terlatih menggunakan metode inovatif. Terapis akan datang ke rumah Anda tanpa proses yang lama ataupun rumit.
Kami menyediakan beragam paket terapi wicara dan bahasa untuk menghadirkan layanan terbaik berdasarkan kebutuhan setiap anak. Silakan berkonsultasi dahulu dengan menghubungi nomor kami di +62 895-4151-54575.
Perawatan kebisuan selektif perlu pendekatan multidisiplin, komprehensif, terkoordinasi. Jadikan Wicaraku sebagai teman perjalanan anak-anak gangguan kecemasan mutisme dalam mendapatkan layanan dan penyembuhan terbaik.
Referensi Penulisan:
- SMA. “Do I Have Selective Mutism?”, https://www.selectivemutism.org/do-i-have-selective-mutism/, diakses pada 25 September 2024.
- WebMD. “What Is Selective Mutism?”, https://www.webmd.com/children/what-is-selective-mutism, diakses pada 25 September 2024.
- Cedars Sinai. “Selective Mutism”, https://www.cedars-sinai.org/health-library/diseases-and-conditions—pediatrics/s/selective-mutism.html, diakses pada 25 September 2024.
- NHS. “Selective mutism”, https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/selective-mutism/, diakses pada 25 September 2024.
- Selective Mutism Center. “Selective Mutism – A Comprehensive Overview”, https://selectivemutismcenter.org/whatisselectivemutism/, diakses pada 25 September 2024.
- Great Speech. “Can Speech Therapy Help Selective Mutism?”, https://www.greatspeech.com/can-speech-therapy-help-selective-mutism/, diakses pada 25 September 2024.