Gejala tuna daksa adalah suatu keadaan dimana anggota tubuh tidak dapat menjalankan fungsinya karena adanya kelainan atau kecacatan pada otot, tulang, atau sistem persendian. Dengan adanya indikasi tersebut dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan perkembangan integritas pribadi.
Kelainan ini dapat disebabkan oleh penyakit, cedera yang tidak disengaja, atau cacat pertumbuhan bawaan. Jadi tunadaksa merupakan sebutan eufemisme bagi mereka yang memiliki kelainan fisik, terutama pada kaki, tangan, atau struktur tubuh. Tuna daksa adalah seseorang yang mengalami kesulitan karena kondisi tubuhnya sendiri dan memerlukan bantuan orang lain.
Dalam Artikel Ini:
ToggleMengenal Apa itu Tuna Daksa?
Kondisi seperti ini akan membingungkan sebagian orang tua tentang bagaimana pendekatan sekolah dan menjamin tumbuh kembang yang optimal. Pada dasarnya, “Tuna” berarti kekurangan atau kehilangan, dan “Daksa” berarti badan, sehingga istilah tersebut dapat dijadikan contoh.
Apa yang dimaksud dengan Tuna Daksa? Hal ini menggambarkan kondisi Anak. Bagi penderita cacat anggota tubuh, cacat tersebut murni bersifat fisik, seperti tulang atau sendi otot. Adanya kelainan atau keterbatasan fisik ini mengganggu koordinasi, komunikasi, adaptasi, dan mobilisasi pasien.
Saat menentukan apakah seorang anak Tuna Daksa, Anda harus mempertimbangkan apakah kondisi fisik atau kesehatannya terganggu, sedangkan memiliki kemampuan atau berpartisipasi aktif dalam aktivitas sehari-hari menunjukkan bahwa dia tidak mengidap penyakit tersebut.
Misalnya, tangan anak yang mengalami gejala tuna daksa berbentuk aneh sehingga sulit memegang pensil, gelas, atau benda lainnya. Orang tua dapat mengetahui berbagai penyebab, bentuk, dan terapi yang tepat terhadap tuna daksa. jika ingin mengetahui lebih lanjut.
Faktor Penyebab Terjadinya Tuna Daksa
Tuna Daksa dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi otak, sumsum tulang belakang, dan sistem muskuloskeletal. Cedera otak dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah kelahiran, seperti yang dibahas di bawah ini.
- Faktor Prenatal
Faktor prenatal atau yang sering disebut dengan gejala tuna daksa terjadi saat janin masih dalam kandungan. Biasanya penyebabnya adalah genetik atau keturunan, yang dapat membahayakan sistem saraf pusat.
Gejala ini terjadi saat bayi masih dalam kandungan, kerusakan yang diakibatkannya bila ibu hamil menderita penyakit yang menyerang otak bayi, seperti infeksi, sifilis, rubella, atau tifus abdominalis. Selain itu dapat juga terjadi karena Sirkulasi terganggu, tali pusar tertekan akibat kelainan rahim sehingga merusak pembentukan saraf di otak.
- Faktor Neonatal
Faktor neonatal atau kelahiran adalah komplikasi yang dialami ibu saat proses persalinan, seperti terpaksa melahirkan secara normal dengan posisi bayi sungsang dan panggul ibu terlalu sempit, pendarahan otak, atau penggunaan anestesi berlebihan. Untuk menghindari memiliki anak tuna daksa, perhatikan postur tubuh mereka saat melahirkan.
Penyebab gejala tuna daksa pada bayi baru lahir antara lain, proses persalinan yang lama dan tulang pinggang ibu yang tipis. Jadi, bayi dapat kekurangan oksigen sehingga mengganggu sistem metabolisme di otak bayi sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan saraf pusat.
- Faktor Pasca kelahiran
Faktor pasca kelahiran adalah keadaan yang timbul setelah melahirkan dan dapat menimbulkan kerusakan fisik, seperti banyak infeksi atau pukulan keras pada kepala anak. Oleh karena itu, gejala tuna daksa ini sangat penting untuk merawat bayi saat lahir agar tidak terlantar.
Masa bayi dimulai setelah lahir dan berakhir ketika perkembangan otak sudah selesai, yaitu pada usia lima tahun. Penyebabnya adalah cacat setelah lahir, antara lain:
- Faktor penyakit, seperti meningitis (radang selaput otak), ensefalitis (radang otak), influenza, difteri, nifas, dan lain-lain
- Faktor kecelakaan, misalnya mengalami kecelakaan lalu lintas, tertimpa benda keras, terjatuh, dan terbentur kepala.
- Tidak ada pertumbuhan tubuh atau tulang.
Berikut Ini Jenis-Jenis Tuna Daksa
Keterbatasan fisik mempengaruhi orang secara berbeda. Ada dua kategori utama penyandang disabilitas yang wajib diketahui.
- Disabilitas Muskuloskeletal
Kelainan ini menyerang sendi, tulang, dan otot. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya malformasi anggota tubuh seperti osteogenesis imperfecta (penyakit tulang rapuh) dan distrofi otot (kelemahan otot).
Gejala tuna daksa ini menyebabkan ketidakmampuan menggerakkan bagian tubuh akibat kelainan bentuk, penyakit, atau degenerasi otot dan tulang. Sakit punggung dan leher, osteoartritis, patah tulang akibat kerapuhan tulang, dan penyakit inflamasi seperti rheumatoid arthritis adalah contoh umum dari penyakit ini.
- Tuna Daksa ringan
Kelompok ini mencakup penderita lumpuh murni dan penderita lumpuh campuran sedang. Orang lumpuh jenis ini biasanya menderita masalah mental ringan dan memiliki IQ normal. Kelompok ini paling banyak ditandai dengan kelainan pada bagian tubuh, seperti kelumpuhan, penurunan anggota tubuh (setrum), dan kelainan fisik lainnya.
- Tuna Daksa Sedang
Kategorisasi gejala tuna daksa ini mencakup penderita yang memiliki kelainan bawaan, palsi serebral ringan, atau polio ringan. Kelompok ini menderita kecacatan Cerebral Palsy (tuna mental), yang berhubungan dengan kehilangan ingatan jangka pendek.
- Tuna Daksa yang Serius
Klasifikasi gejala tuna daksa ini didasarkan pada palsi serebral berat dan infeksi bawaan. Anak-anak dengan kondisi ini biasanya digolongkan sebagai anak cacat, bodoh, atau bisu dalam hal IQ.
Berdasarkan pengertian di atas, anak tuna daksa adalah anak yang menderita berbagai kelainan fisik yang disebabkan oleh keadaan seperti kelahiran, penyakit, atau kecelakaan, sehingga mengakibatkan kesulitan dalam mengoptimalkan fungsi bagian-bagian tubuhnya.
Penanganan Bagi Penyandang Tuna Daksa
Penanganan anak yang mempunyai keterbatasan fisik memerlukan perhatian khusus, dalam hal ini melibatkan pihak yang mengasuhnya. Penanganan anak tuna daksa adalah sebagai berikut.
- Orang tua harus sadar dan menerima kondisi anaknya. Penerimaan terhadap kondisi anak melambangkan energi positif dari orang tua. Dengan menerima sepenuhnya, orang tua bisa menyadari bahwa kondisi anaknya yang kurang sempurna mengandung potensi terpendam.
- Menyediakan ruang gerak dan sekolah yang memadai bagi anak. Anak-anak gejala tuna daksa mempunyai mentalitas yang sama dengan anak-anak lainnya, sehingga mereka dapat bersekolah di sekolah umum.
- Perlu digaris bawahi bahwa orang tua harus mempertimbangkan fasilitas dan sikap anak agar dapat produktif dan berkembang di sekolah. Namun, ada pula anak yang merasa minder saat ditugaskan di sekolah negeri. Sekolah negeri yang mengedepankan nilai-nilai inklusif bisa menjadi pilihan yang sangat baik.
- Mendorong kemampuan anak di bidang yang mereka sukai dan kuasai. Mengetahui potensi anak yang memiliki keterbatasan fisik memungkinkan orang tua untuk meningkatkan kemampuan anaknya sehingga meningkatkan rasa percaya diri. Mereka siap mengembangkan diri mereka sendiri, tanpa terlalu fokus pada kekurangan mereka.
- Carilah informasi sebanyak-banyaknya mengenai cara menangani gejala tuna daksa yang pergerakannya dibatasi. Orang tua yang menyadari pentingnya mencari informasi ini dapat menyediakan sumber daya dan infrastruktur yang diperlukan untuk merawat dan mendampingi anak-anaknya.
Untuk Anda yang ingin melakukan perawatan bicara. Wicaraku mempunyai program pengobatan dan pelatihan khusus yang mengajarkan pasien bagaimana berkomunikasi dengan sukses. Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, terapi mungkin akan memberikan solusi ataupun metode yang bermanfaat untuk mencegah penyakit ini.
Anda dapat meminta bantuan Wicaraku seorang ahli terapi wicara profesional yang telah berhasil mengatasi berbagai tantangan bicara. Untuk informasi lebih lanjut telepon +62 895-4151-54575.
Demikianlah pembahasan mengenai apa yang dimaksud dengan gejala tuna daksa, yang mencakup berbagai penyebab, bentuk, dan spesifikasi perawatan khusus yang harus diberikan orang tua.