Tuna wicara merupakan kondisi medis yang menyebabkan seseorang kehilangan kemampuannya untuk berbicara. Penyebabnya bisa karena masalah kesehatan fisik ataupun kondisi psikologis dengan gejala awal yang sama.
Sebagai orang tua, Anda perlu memantau tumbuh kembang si kecil agar jika terjadi kelainan dapat segera diidentifikasi. Tanda awal yang dapat diketahui adalah keheningan yang tidak biasa sehingga mengganggu aktivitas mereka.
Kecemasan sosial, sulit melakukan kontak mata, dan kesulitan komunikasi lainnya padahal dulu sangat vokal juga bisa menjadi gejala awal kebisuan. Jenis-jenis bisu hingga terapinya akan dibahas berikut ini.
Dalam Artikel Ini:
ToggleJenis-jenis Tuna Wicara Pada Anak dan Orang Dewasa
Gangguan bicara seperti bisu dapat bersifat sementara maupun permanen. Berikut jenis kebisuan yang sering ditemukan pada usia anak-anak maupun orang dewasa.
1. Afasia
Merupakan kondisi di mana otak yang berfungsi memproses bahasa rusak sehingga mempengaruhi kemampuan bicara, memahami, merespons, membaca, menulis. Biasanya dikarenakan stroke atau cedera otak lainnya dan sulit berbicara dalam kalimat koheren.
2. Apraksia Anak dan Dewasa
Penyebab apraksia anak karena ototnya lemah sehingga tidak dapat menggerakkan mulut maupun lidah dengan benar sesuai suara yang diperlukan. Cara mereka belajar mengucapkan bunyi akan berbeda dengan anak-anak lainnya.
Sedangkan apraksia orang dewasa disebabkan oleh kerusakan otak akibat stroke, kekurangan oksigen, hingga cedera otak traumatis. Penderitanya sulit mengendalikan mulut, lidah, bibir saat mengeluarkan suara bahkan tidak dapat bicara sama sekali.
3. Disartria
Jenis tuna wicara selanjutnya adalah disartria. Penyebabnya karena melemahnya otot sehingga otak rusak. Penderitanya dapat berbicara terlalu lambat, terlalu cepat, seperti robot, serta tidak dapat menggerakkan mulut dan lidah dengan baik.
4. Miofungsional Orofasial (OMD)
OMD atau tongue thrusting merupakan kondisi kelainan yang mengganggu perkembangan tulang dan otot di wajah serta mulut. Penderitanya mendorong lidah keluar ketika bicara, makan, minum sehingga kesulitan berbicara, makan, menelan, bernapas.
5. Mutisme Selektif
Merupakan gangguan kecemasan sehingga anak tidak dapat berbicara atau bisu dalam beberapa situasi yang membuatnya tidak nyaman. Namun terlihat aktif dan lancar berbicara saat di rumah atau dalam lingkungan familiar.
Baca juga tentang : Diagnosis Gangguan Kecemasan Mutisme dan Penyembuhannya
6. Gangguan Bicara dan Suara
Gangguan bicara atau gangguan fonologis atau artikulasi menyebabkan penderitanya tidak dapat mengucapkan bunyi dengan benar. Hal ini dikarenakan kerusakan otak sehingga satu bunyi menggantikan bunyi lain, menambah, mengubah, menghilangkan bunyi.
Sedangkan gangguan suara atau disfonia merupakan jenis kebisuan di mana ada perubahan terus-menerus pada suara penderitanya. Mulai dari serak, tegang, mudah pecah, lemah, bahkan hampir tidak terdengar.
Sistem Pengenalan Suara untuk Penderita Tuna Wicara
Penderita kebisuan tentu kerap mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan orang lain. Maka dari itu perlu sistem pengenalan suara agar dapat mengidentifikasi kata maupun frasa secara efektif dengan metode berikut.
1. Mel-Frequency Cepstral Coefficients (MFCC)
MFCC merupakan metode yang biasa dipakai untuk mengekstraksi suara. MFCC melibatkan proses perekaman suara, pre-emphasis, framing, transformasi fourier, filter bank, logarithmic compression, dan discrete cosine transform (DCT).
Metode ini membantu penderita tuna wicara dengan meningkatkan amplitudo frekuensi tinggi dalam sinyal. Hasil filter akan berubah menjadi skala logaritmik seperti respon pendengaran manusia terhadap berbagai frekuensi.
2. Support Vector Machine (SVM)
Masih berhubungan dengan MFCC, CVM termasuk tahap metode selanjutnya. Jadi ketika ekstraksi MFCC selesai, maka ciri-ciri suara akan digunakan sebagai input sistem dalam mengenali suara.
Metode SVM meliputi pelatihan model bagi anak-anak kebisuan, validasi model untuk memastikan akurasi suara, pengujian suara, serta pengenalan suara berdasarkan ciri-ciri hasil ekstraksi suara.
Sistem pengenalan suara sangat bermanfaat bagi para penderitanya sebagai media bantuan komunikasi agar lebih mudah. Selain itu dapat digunakan dalam pendidikan khusus untuk membantu belajar berbicara.
Kedua metode di atas dapat dijadikan terapi wicara dengan memberi umpan balik serta data-data mengenai perkembangan berbicara penderitanya.
Peran Keluarga dan Teman Membantu Penderita Tuna Wicara
Dalam proses penyembuhan seseorang yang didiagnosis bisu perlu dukungan dari orang-orang terkasih untuk memberikan empati, kesabaran, dan komunikasi efektif. Sebab dalam beberapa kasus, penderitanya kerap mengisolasi diri.
Apalagi jenis mutisme selektif yang gejalanya diawali dengan kecemasan sosial. Oleh karena itu perlu dukungan dari keluarga untuk menciptakan lingkungan kooperatif dan mendukung sebagai tempat aman penderitanya dalam berkomunikasi.
Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh lingkungan keluarga dan teman untuk membantu penderita jenis tuna wicara adalah sebagai berikut:
- Menciptakan lingkungan di mana individu penderita merasa dihargai.
- Membiarkan mereka berkomunikasi sesuai dengan kemampuannya sendiri tanpa ditekan.
- Tidak menyela kalimat mereka.
- Mendengarkan isyarat nonverbal, gerak tubuh, ekspresi mereka.
- Mendorong metode komunikasi alternatif seperti bahasa isyarat, menulis, alat bantu.
- Memiliki orang terpercaya yang mampu menjawab pertanyaan saat penderitanya bepergian atau bertemu dokter terapi.
Kemampuan keluarga maupun teman dalam mengenal kondisi yang dihadapi penderita akan sangat membantu dalam menyusun rencana penyembuhan. Misalnya dengan terapi dalam mengurangi ketegangan, depresi, rasa bersalah, dan lain-lain.
Baca juga tentang : Klasifikasi Tuna Wicara dan Rekomendasi Terapi Terbaik
Terapi Wicara untuk Jenis-jenis Tuna Wicara
Salah satu upaya merawat dan menyembuhkan penderita kebisuan adalah melalui terapi wicara. Teknik terapi yang digunakan tergantung kondisi juga gangguan yang diderita. Jadi perlu serangkaian sesi perawatan terlebih dahulu.
Pendekatan pengobatan yang umum digunakan dalam terapi wicara antara lain latihan persepsi yaitu membedakan antara suara dengan suku kata individu. Lalu ada latihan menghasilkan suara tertentu serta meningkatkan kelancaran berbicara.
Kemudian latihan meningkatkan pernapasan, menelan, bersuara. Penderita jenis-jenis tuna wicara juga memerlukan bantuan komunikasi melalui bahasa isyarat, media untuk menulis, hingga alat bantu komputer.
Bentuk dukungan ini merupakan penerapan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempraktikkan secara teratur di rumah, maka perawatan ini bisa membantu dalam jangka panjang.
Secara khusus, terapi wicara bagi penderita apraksia dapat dilakukan melalui motorik oral, melodi bicara, dan menilai bunyi ujaran. Untuk bisu afasia melalui terapi kelompok latihan agar keterampilan berbicaranya meningkat.
Metode lainnya dalam melatih anak-anak bisu adalah dengan mendorong respon verbal lewat permainan. Atau menggunakan bahasa isyarat, kartu bergambar, serta menciptakan situasi yang dapat memancing munculnya kalimat.
Semua terapi tersebut perlu diawali dengan rekomendasi dari ahli patologi wicara dan bahasa terlebih dahulu. Tujuannya sebagai bentuk evaluasi sekaligus memantau kemajuannya.
Terapi wicara diperlukan untuk menyembuhkan berbagai jenis tuna wicara agar kemampuan berbicaranya semakin membaik. Wicaraku hadir memberikan layanan terapi wicara bagi tuna rungu melalui tim profesional terlatih dengan metode inovatif.
Kami adalah layanan startup kesehatan yang melayani terapi wicara langsung ke rumah pasien. Anda dapat memilih paket terapi sesuai kebutuhan dan saran dari ahli patologi wicara-bahasa.
Kami juga membutuhkan peran dan dukungan keluarga dalam mendukung individu yang bersangkutan dalam memahami kebutuhannya. Sebab berhasil tidaknya terapi wicara ini juga tergantung dari lingkungan sekitar.
Informasi lebih lanjut dan konsultasi gratis dapat menghubungi nomor kami di +62 895-4151-54575. Jadikan Wicaraku sebagai teman perjalanan terapi berbagai jenis tuna wicara anak Anda.
Referensi Penulisan:
- National Library of Medicine. “In brief: What is speech therapy?”, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK561506/, diakses pada 26 September 2024.
- Speech Pathology Masters Programs. “What are the Most Common Speech Disorders?”, https://speechpathologymastersprograms.com/resources/common-speech-disorders-treatments/, diakses pada 26 September 2024.
- MSD MANUAL. “Rehabilitation for Speech Disorders”, https://www.msdmanuals.com/home/fundamentals/rehabilitation/rehabilitation-for-speech-disorders, diakses pada 26 September 2024.
- Hamsa Rehab. “9 Common Speech Disorders You Should Know About”, https://hamsarehab.com/common-speech-disorders-therapies/, diakses pada 26 September 2024.
- Ability Central. “What Should I Do After a Muteness Diagnosis?”, https://abilitycentral.org/article/what-should-i-do-after-muteness-diagnosis, diakses pada 26 September 2024.
- Ability Central. “What Keeps Someone From Talking? Information You Should Know About Muteness”, https://abilitycentral.org/article/what-keeps-someone-talking-information-you-should-know-about-muteness, diakses pada 26 September 2024.